5 cm (novel)
Yang kita butuhkan untuk sampai ke
PUNCAK adalah…..
…Kaki yang akan berjalan lebih jauh
dari biasanya
…Tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya
…Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya
…Leher yang akan lebih sering melihat ke atas
…Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja
…Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya
…Serta mulut yang akan selalu berdoa…
(’5 cm’ by Donny Dhirgantoro)
…Tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya
…Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya
…Leher yang akan lebih sering melihat ke atas
…Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja
…Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya
…Serta mulut yang akan selalu berdoa…
(’5 cm’ by Donny Dhirgantoro)
Generasi
muda — salah satu aset penting bagi suatu bangsa. Demikian pula buku ini,
bercerita tentang sekelompok anak muda yang awalnya biasa saja, suka
ngumpul-ngumpul, jalan bareng, dan ngobrolin banyak hal dari mulai yang tidak
begitu penting, agak penting, sampai akhirnya penting, hehehe….
Tokoh-tokoh inti dalam cerita ini
adalah 5 sahabat dengan berbagai karakter. Ada yang gendut dan hobi banget
makan Indomie, namanya Ian. Terus ada yang suka minta kuah Indomie-nya Ian
bernama Riani (deskripsi yang tidak penting! Hehe..), dia adalah satu-satunya
cewek di antara mereka berlima. Ada lagi Arial yang dijuluki Rambo karena
badannya yang paling kekar dan hobinya barbelan (ngangkat barbel). Zafran yang
paling ceking yang hobinya ngeband, suka berfilosofi dan bikin syair secara
spontan sambil loncat-loncatan. Nah, yang terakhir namanya Genta. Dia terlihat
paling dewasa dan tekun banget sama kerjaannya sebagai event organizer (EO).
Karena bosan dengan kegiatan mereka
yang itu-itu aja (jalan-jalan, ngumpul-ngumpul, main monopoli, dll), akhirnya
mereka memutuskan untuk nggak ketemuan dulu selama tiga bulan. Dalam tiga bulan
itu, banyak yang terjadi di kehidupan masing-masing. Mereka saling kangen, itu
pasti. Sampai akhirnya tiga bulan hampir terlewati, Genta mengirim pesan pendek
kepada keempat sahabatnya untuk ketemuan tanggal 14 Agustus di Stasiun Senen.
Mereka akan merayakan pertemuan itu dengan mengadakan sebuah perjalanan.
Perjalanan yang banyak mengubah diri mereka, hidup mereka. Dengan menggunakan
sebuah kereta ekonomi, mereka melaju menuju Malang.
Di perjalanan, mereka meelihat
banyak hal, sebuah wajah lain dari bumi Indonesia yang biasanya mereka lihat
lewat penampakan Jakarta yang ramai, bising, yang orang-orangnya pada sibuk
sendiri. Dan ketika mereka sampai di Malang dan mulai mendaki Mahameru, lebih
banyak lagi ‘keajaiban’ yang mereka temukan. Banyak sekali pelajaran berharga
yang mereka dapat. Ada yang bilang, mendaki Mahameru itu seperti sebuah
perjalanan hidup. Mendaki gunung pasti tak bisa terlepas dari berbicara soal
niat, tekad, kesabaran, dan kepasrahan kepada Sang Pencipta. Mendaki gunung
berarti dihadapkan pada kemungkinan antara hidup-mati (nggak naik gunung juga
sih…).
Seperti kutipan yang saya tulis di
permulaan tulisan ini. Itulah yang mereka tanamkan saat mendaki Mahameru dengan
ketinggian 3676 m DPL. Intinya ya berusaha dan berdoa! That’s what life
really is.
Secara umum buku ini bagus. Cara
bercerita penulisnya nyantai banget, mudah dicerna, dan tidak berbelit-belit.
Terus pas saya baca buku ini, kok rasanya jadi inget saya dan teman-teman yang
juga suka sotoy ngomongin ekonomi, politik, negara, filsafat. Halah…
Di buku ini, penulisnya begitu
lancar dan sangat mengalir saat menceritakan Mahameru. Kita diajak bertualang
dan ikut merasakan indahnya perjalanan itu (pasti lebih indah kalau merasakan
sendiri lah! ). Saya penasaran juga, sudah berapa kali ya penulisnya ke
Mahameru. Kok dia hapal banget sampai ke detilnya. Saat di Ranu Pane, Ranu
Kumbolo, Arcopodo, juga Kalimati yang begitu menyeramkan (namanya aja serem
gitu…). Haru biru juga mewarnai hati saya waktu mereka sampai di puncak.
Lagu Indonesia Raya menggema di atas awan.
Kemudian timbul pertanyaan. 5 cm itu
apa sih?
Impian, cita-cita, harapan, pokoknya
semua kebaikan yang ingin kita capai, taruh saja disini, di depan kening kita.
Tapi jangan sampai menempel ya, biar saja semua itu menggantung 5 cm di depan
kening kita. Biarkan dia menggantung, supaya mata kita bisa terus melihatnya.
Supaya kemanapun kita pergi, kita ingat akan impian itu, dan kita akan terus
berusaha mewujudkannya. Kalo mau usaha, yakin saja kalau kita bisa!
Thanks ya Bang Donny buat buku yang
sangat menginspirasi ini. *sok akrab*
Jogja, 30 Juli 2006
Di suatu minggu pagi, ditemani sinar mentari dan burung-burung yang bernyanyi
Di suatu minggu pagi, ditemani sinar mentari dan burung-burung yang bernyanyi
Ps: Oh ya, novel ini sudah difilmkan
dan akan dirilis pada 12 Desember 2012 (121212). Saya senang namun juga tidak
berharap banyak. Saya ingat pernah membaca tulisan sutradara Hanung Bramantyo
bahwa buku dan film adalah dua karya yang berbeda. Film yang diadaptasi dari
buku biasanya akan dibanding-bandingkan dengan bukunya karena pembaca menonton
untuk mengonfirmasi imajinasinya. Jadi nanti saya akan menikmati film 5 cm
sebagai film dan tetap mencintai novelnya sebagai sebuah karya yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar